simple girl

simple girl

Rabu, 04 Mei 2011

co cweet












wkwkwkwk

aBoUt LuV









TrY aGaIn

bingung mw nulis pa...
tp aku harus nulis sesuatu....




AKU Kaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnngggeeeeeeeeeeeeeeeennnnnnnnnnnnnnn diiiiiiiiiiiiiiiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.............



tp aku g blh lagi kangen ma dia lagi.......
dosa................
cz dia bukan miliku lagi....
wkwkwkwkkw


pIcTuRe


MEKANISME PERSALINAN NORMAL
clip_image002
clip_image004
clip_image006
clip_image008
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul [ “cardinal movements of labor” ] yang terdiri dari :
    1. Desensus
    2. Fleksi
    3. Putar paksi dalam ( internal rotation )
    4. Ekstensi
    5. Putar paksi luar ( external rotation )
    6. Ekspulsi

pArTuS

FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL

KAJIAN TEORI
FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL

A. BEBERAPA DEFINISI
- Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
- Partus immaturus kurang dari 28 minggu lebih dari 20 minggu dengan berat janin antara 1000-500 gram.
- Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2500 gram atau tua kehamilan antara 28 minggu-36 minggu.
- Partus postmaturus atau serotinus adalah pertus yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang diperkirakan.
- Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.
- Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali.
- Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable). Nulipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk pertama kali. Multipara atau pleuripara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali.
- Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable, berat janin dibawah 500 gram, atau tua kehamilan dibawah 20 minggu.
- Inpartu adalah seorang wanita yang dalam keadaan persalinan. Partus biasa atau partus normal atau partus spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakan kepala memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Partus luar biasa atau partus abnormal ialah bila bayi dilahirkan pervaginam dengan cunam, atau ekstraktor vakum, versi dan ekstraksi, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya.

B. SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN
Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori yang kompleks. Faktor-faktor humoral, pengeruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengeruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan partus mulai. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya artus, antara lain penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Seperti diketahui progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga a term meningkat, lebih-lebih sewaktu partus.
Seperti telah dikemukakan, “plasenta menjadi tua” dengan tuanya kehamilan. Villi koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun.
Keadaan uterus yang semakin membesar dan menjadi tegang mengakibatkan ikemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Teori berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hipocrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan. Faktor lain yang dikemukakan ialah tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus dapat dibangkitkan.
Uraian tersebut diatas adalah hanya sebagian dari banyak faktor-faktor kompleks sehingga his dapat dibangkitkan.
Selanjutnya dengan berbagai tindakan, persalinan dapat pula dimulai (indiction of labor) misalnya 1) merangsang pleksus Frankenhauser dengan memasukkan beberapa gagang laminaria dalam kanalis servikalis, 2) pemecahan ketuban, 3) penyuntikkan oksitosin (sebaiknya dengan jalan infus intravena), pemakaia prostaglandin, dan sebagainya. Dalam hal mengadakan induksi persalinan perlu diperhatikan bahwa serviks sudah matang (serviks sudah pendek dan lembek), dan kanalis servikalis terbuka untuk satu jari. Untuk menilai serviks dapat juga dipakai Skor Bishop, yaitu bila nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.

C. BERLANGSUNGNYA PERSALINAN NORMAL
Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula kala pengeluaran, oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Dalam kala itu diamati-amati, apakah tidak terjadi perdarahan postpartum.

1. KALA SATU PERSALINAN
BATASAN
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksiuterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
Tanda dan gejala in partu termasuk :
• Penipisan da pembukaan serviks.
• Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
• Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina.
FASE-FASE DALAM KALA I PERSALINAN
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). kala I persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten dalam kala I persalinan :
• Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
• Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
• Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
Fase aktif dalam kala I persalinan :
• Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan terus meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
• Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (mulitpara).
• Terjadi penurunan bagian terbawah janin
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK IBU BERSALIN
Anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama merupakan bagian dari asuhan sayang ibu yagn baik dan aman selema persalinan. Pertama, sapa ibu dan beritahukan apa yang akan anda lakukkan. Jelaskan pada ibu tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan ole ibu. Sambil melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, perhatikan adanya tanda-tanda penyulit atau kondisi gawat darurat dan segera lakukan tindakan yang sesuai apabila diperlukan.(lihat tabel 2-1 hal 44) Untuk memastikan proses persalinan akan berlangsung secara aman. Catatkan semua temuan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama dan lengkap. Jelaskan makna temuan dan kesimpulannya kepada ibu dan keluarganya.
ANAMNESIS
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk mementukan diagnosis dan yang mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai.
Tanyakan pada ibu :
• Nama, umur dan alamat.
• Gravida dan para.
• Hari pertama haid terakhir.
• Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu).
• Riwayat alergi obat-obatan tertentu.
• Riwayat kehamilan yang sekarang :
- Apakah bu pernah melakukan pemeriksaan antenatal? Jika ya, periksa kartu asuhan antenatalnya (jika mungkin).
- Pernahkan ibu mendapat masalah selama kehamilannya (misalnya ; perdarahan, hipertensi, dll)?
- Kapan mulai kontraksi?
- Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering kontraksi terjadi?
- Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?
- Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan ketuban? Apakah kental atau encer? Kapan saat selaput ketuban pecah? (periksa perineum ibu untuk melihat air ketuban di pakaiannya).
- Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu? Apakah berupa bercak atau darah segar per vaginam? (periksa perineum ibu untuk melihat darah segar atau lendir bercampur darah di pakaiannya).
- Kapan ibu terakhir kali makan atau minum?
- Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih?
• Riwayat kehamilan sebelumnya :
- Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran sebelumnyac(bedah sesar, persalinan dengan ekstraksi vakum atau forceps, induksi oksitosin, hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan, preeklampsia, perdarahan pascapersalinan)?
- Berapa berat badan bayi yang paling besar pernah ibu lahirkan?
- Apakah ibu mempunyai bayi bermasalah pada kehamilan/persalinan sebelumnya?
• Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih dll).
• Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium bagian atas). Jika ada, periksa tekanan darahnya dan protein dalam urin ibu.
• Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran lainnya.
Dokumentasikan semua temuan. Setelah anamnesis lengkap, lakukan pemeriksaan fisik.
PEMERIKSAAN FISIK
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis diramu/diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau keparawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang apa yang akan dilakukan selama pemariksaan dan apa alasannya. Anjurkan mereka untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga mereka memahami kepentingan pemeriksaan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik :
• Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan fisik.
• Tunjukkan sikap ramah dan sopan, tenteramkan hati dan bantu ibu agar merasa nyaman. Minta ibu menarik nafas perlahan dan dalam jika ia merasa tegang dan gelisah.
• Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya (jika perlu, periksa jumlah urin dan adanya protein dan aseton dalam urin).
• Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kesehatan atau nyeri kontraksi, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan cairan tubuh.
• Nilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan). Untuk akurasi penilaian tekanan darah dan nadi ibu, lakukan pemeriksaan itu diantara dua kontraksi.
• Lakukan pemeriksaan abdomen.
• Lakukan periksa dalam.
Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
1. Menentukan tinggi fundus uteri.
2. Memantau konstruksi uterus.
3. Memantau denyut jantung janin.
4. Menentukan presentasi.
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin.
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah mengosongkan kandung kemihnya, kemudian minta ibu untuk berbaring. Tempatkan bantal dibawah kepala dan bahunya dan minta ibu untuk menekukkan lututnya. Jika ibu gugup, beri bantuan agar ia memperoleh nyaman dengan meminta ibu untuk menarik nafas dalam berulang kali. Jangan biarkan ibu dalam posisi terlentang dalam waktu lebih dari sepuluh menit.


1. Menentukan tinggi fundus.
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi. Ukur tinggi fundus denga menggunakan pita pengukur. Mulai dari tepi atas simfisis pubis kemudian rentangkan pita pengukur hingga ke puncak fundus mengikuti aksis atau linea medialis dinding abdomen(lihat gambar 2.1). lebar pita harus menempel pada dinding abdomen ibu. Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.
2. Memantau konstruksi uterus.
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk memantau kontraksi uterus. Secara hati-hati, letakkan tangan penolong diatas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi danlama setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Diantara dua kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.
3. Memantau denyut jantung janin.
Gunakan fetoskop Pinnards atau Dopler untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) dalam rahim ibu dan untuk menghitung jumlah denyut jantung per menit, gunakan jarum detik pada jam dinding atau jam tangan. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen ibu dimana suara DJJ terdengar paling kuat.
Tips : jika DJJ sulit untuk ditemukan, lakukan palpasi abdomen ibu untuk menentukan lokasi punggung bayi. Biasanya rambatan suara DJJ lebih mudah didengar melalui dinding abdomen pada sisi yang sama dengan punggung bayi.
Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulai penilaian sebelum atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir. Lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih dari satu kontraksi. Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali per menit. Kegawatan janin ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 180 kali per menit. Bila demikian, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan sebelumnya, kemudian simpulkan perubahan yang terjadi. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan maka siapkan ibu untuk segera dirujuk.
4. Menentukan presentasi.
Untuk menentukan presentasi bayi (apakah presentasi kepala atau bokong) :
• Berdiri disamping dan menghadap ke arah kepala ibu (minta ibu mengangkat tungkai atas dan menekukkan lutut).
• Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan (hati-hati dan mantap), pegang bagian terbawah janin yang mengisi bagian bawah abdomen (diatas simfisis pubis) ibu. Bagian yang berada diantara ibu jari dan jari tengah penolong adalah penunjuk presentasi bayi.
• Jika bagian terbawah janin belum masuk ke rongga penggul maka bagian tersebut masih dapat digerakkan. Jika telah memasuki rongga panggul maka bagian terbawah janin sulit atau tidak dapat digerakkan lagi.
• Untuk menentukan apakah presentasinya adalah kepala atau bokong maka perhatikan dan pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut. Bagian berbentuk bulat, teraba keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan (bila belum masuk rongga panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentuknya kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar dan sulit dipegang secara mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong. Istilah sungsang digunakan untuk menunjukkan bahwa bagian terbawah adalah kebalikan dari kepala atau diidentikkan sebagai bokong.
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin.
Pemeriksaan penurunan bagian terbawah janin ke dalam rongga panggul melalui pengukuran pada dinding abdomen akan memberikan tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi ibu jika dibandingkan dengan melakukan periksa dalam (vaginal toucher). Selain itu, cara penilaian diatas (bila dilakukan secara benar) dapat memberikan informasi yang sama baiknya dengan hasil periksa dalam tentang kemajuan persalinan (penurunan bagian terbawah janin) dan dapat mencegah periksa dalam yang tidak perlu atau berlebihan.
Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin yang masih berada diatas tep atas simfisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan pemeriksa (per limaan). Bagian diatas simfisis adalah proporsi yang belum masuk pintu atas panggul dan sisanya (tidak teraba) menunjukkan sejauh mana bagian terbawah janin telah masuk kedalam rongga panggul.
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari (perlimaan) adalah :
• 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simfisis pubis.
• 4/5 jika bagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul.
• 3/5 jika bagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
• 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas simfisis dan (3/5) bagian telah turun melalui bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan).
• 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada diatas simfisis dab 4/5 bagian telah masuk kedalam rongga pangul.
• 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul.
Merujuk pada kasus primigravida, inpartu kala satu fase aktif dengan kepala janin masih 5/5 (tabel 2-1) dimana kondisi ini patut diwaspadai sebagai kondisi tak lazim.
Alasanya adalah pada kala satu persalinan, kepala sudah masuk ke dalam rongga panggul. Bila ternyata kepala memang tidak dapat turun, maka bagian terbawah janin (kepala) terlalu besar dibandingkan dengan diameter pintu atas panggul. Mengingat bahwa hal ini patut diduga sebagai disproporsi kepala panggul (CPD) maka sebaiknya ibu dapat melahirkan di fasilitas kesehatan yang mempunyai kemampuan untuk melakukan operasi seksio sesaria sebagai antisipasi apabila terjadi persalinan macet (disproporsi). Penyulit lain dari posisi kepala diatas pintu atas panggul adalah tali pusat menumbung yang disebabkan oleh pecahnya selaput ketuban yang disertai turunnya tali pusat.
PERIKSA DALAM
Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan mencuci area genitalia (jika ibu belum melakukannya) dengan sabun dan air. Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tenteramkan hati dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk :
1. Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung dan selimut.
2. Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan (mungkin akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakinya satu sama lain).
3. Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan.
4. Gunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT/larutan antiseptik. Basuh labia secara hati-hati, seka dari bagian depan ke belakang untuk menghindarkan kontaminasi fses (tinja).
5. Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa (benjolan) termasuk kondilomata, varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum.
6. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan per vaginam atau mekonium :
a. Jika ada perdarahan per vaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam.
b. Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika terlihat pewarnaan mekonium, nilai apakah kental atau ncer dan periksa DJJ:
i. Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ dengan seksama menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan terjadi gawat janin, lakukan rujukan segera.
ii. Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera.
iii. Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi infeksi
7. Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari (gunakan sarung tangan periksa). Masukkan (hati-hati) jari telunjuk yang diikuti oleh jari tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari tersebut sampai pemeriksaan selesai dilakukan. Jika selaput ketuban belum pecah, jangan melakuka tindakan amniotomi (merobeknya).
Alasannya : amniotomi sebelum waktunya dapat meningkatkan resiko infeksi terhadap ibu dan bayi serta gawat janin.
8. Nilai vagina. Luka parut di vagina mengidikasikan adanya riwayat robekan perineum atau tidakan episiotomi sebelumnya. Hal ini merupakan informasi penting untuk menentukan tindakan pada saat kelahiran bayi.
9. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
10. Pastikan tali pusat dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki) tidak teraba pada saat melakukan periksa dalam. Jika teraba maka ikuti langkah-langkah gawat darurat (lihat tabel 2-1) dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.
11. Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut telah masuk ke dalam rongga panggul. Bandingkan tingkat penurunan kepala dari hasil periksa dalam dengan hasil pemeriksaan melalui dinding abdomen (perlimaan) untuk kemajuan persalinan.
12. Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar arau fontanela magne) dan celah (sutura) dagitalis untuk menilai derajat penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan lahir.
13. Jika pemeriksaan terbawah sudah lengkap, keluarkan kedua jari pemeriksaan (hati-hati), celupkan sarung tangan ke dalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan tadi secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminan selama 10 menit.
14. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang bersih dan kering.
15. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
16. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya.

MENCATAT DAN MENGKAJI HASIL ANAM NESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK.
Ketika anamnesis dan pemeriksaan telah lengkap :
1. Catatkan semua hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap.
2. Gunakan informasi yang ada untuk menentukan apakah ibu sudah inpartu, tahapan dan fase persalinan. Jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm, berarti ibu berada dalam fase laten kala satu persalinan dan perlu penilaian ulang 4 jam kemudian. Jika pembukaan telah mencapai atau lebih dari 4 cm maka ibu berada dalam fase aktif kala satu persalinan sehingga perlu dimulai pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf.
3. Tentukan ada tidaknya masalah atau penyulit yang harus di tatalaksana secara khusus.
4. Setiap kali selesai melakukan penilaian lakukan kajian data yang terkumpul, dan buat diagnosis berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana penatalaksanaan dan asuhan ibu bersalin. Penatalaksanaan harus didasarkan pada kajian hasil temuan dan diagnosis.
Contoh : jika kajian hasil temuan berujung pada diagnosis berupa ibu dengan kehamilan intrauteri, cukup bulan, kala satu persalinan fase aktif dengan DJJ dan tanda-tanda vital normal, maka rencana selanjutnya adalah terus memantau kondisi ibu serta janin menurut parameter-parameter pada partograf dam meberikan asuhan sayang ibu. Tetapi apabila diagnosis menunjukkan adanya abnormalitas kemajuan persalinan atau komplikasi, maka rencana selanjutnya adalah persiapan untuk segera merujuk ibu dan sementara menunggu dirujuk, dilakukan stabilisasi kondisi ibu dan bayi, memantau progresifitas komplikasi dan memberikan pertolongan secara memadai dan asuhan sayang ibu (lihat kembali materi membuat keputusan klinik di bab I).
5. Jelaskan temuan diagnosis dan rencana penatalaksanaan kepada ibu dan keluarganya sehingga mereka mengerti tentang tujuan asuhan yang akan diberikan.

PENGENALAN DIRI TERHADAP MASALAH DAN PENYULIT
Pada saat memberikan asuhan kepada ibu bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Ingat bahwa menunda pemberian asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan resiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik, tetap waspada terhadap indikasi-indikasi seperti yang tertera pada tabel 2-1 dan segera lakukan tindakan yang diperlukan. Langkah dan tindakan yang akan dipilih sebaiknya dapat memberi manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan akan berlangsung aman dan lancar sehingga akan berdampak baik terhadap keselamatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan.
2. KALA DUA PERSALINAN
BATASAN
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
GEJALA DAN TANDA KALA DUA PERSALINAN
Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :
• Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
• Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.
• Perineum menonjol.
• Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
• Meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi objektif) yang hasilnya adalah:
• Pembukaan serviks telah lengkap, atau
• Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
PERSIAPAN PENOLONG PERSALINAN
Salah satu persiapan penting bagi penolong adalah memastikan penerapan fisik dan praktik pencegahan infeksi (PI) yang dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelingdung bayi.
SARUNG TANGAN
Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus selalu dipakai selama melakukan periksa dalam, membantu kelahiran bayi, episiotomi, penjahitan laserasi dan asuhan segera bagi bayi bare lahir. Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus menjadi bagian dari perlengkapan untuk menolong persalinan (partus set) dan prosedur penjahitan (suturing atau heckting set). Sarung tangan harus diganti apabila terkontaminasi, robek atau bocor.
PERLENGKAPAN PELINDUNG PRIBADI
Pelindung pribadi merupakan penghalan atau barier antara penolong dengan bahan-bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit. Oleh sebab itu, penolong persalinan harus memakai celemek yang bersih dengan penutup kepala atau ikat rambut pada saat menolong persalinan. Juga gunakan masker penutup mulut dan pelindung mata (kacamata) yang bersih dan nyaman. Kenakan semua perlengkapan pelindung pribadi selama membantu kelahiran bayi dan plasenta serta saat melakukan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
PERSIAPAN TEMPAT PERSALINAN, PERALATAN DAN BAHAN
Penolongpersalinan harus menilai dimana ruangan oroses persalinan akan berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan/penerangan yang cukup (baik melalui jendela, lampu di langit-langit kamar ataupun sumber cahaya lainnya). Ibu dapat menjalani persalinan di tempat tidurdengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih, kain tebal dan kain pelapis anti bocor (plastik) apabila hanya beralaskan kayu atau kasur yang diletakkan diatas lantai (dilapisi dengan plastik dan kain bersih). Ruangan harus hangat (tetapi jangan panas) dan terhalang dari tiupan angin secara langsung. Selain itu, harus tersedia meja atau pemukaan yang bersih dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan.
Pastikan bahwa semua peralengkapan dan bahan-bahan tersedid dan berfungsi denganbai;btermasuk perlengkapan untuk menolong persalinan, menjahit laserasi atau luka episiotomi dan resusitasi bayi bare lahir. Semua perlengkapan dan bahan-bahan dalam set tersebut harus dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Daftar tilik lengkap intuk bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obat esensial yang dibutuhkan untuk persalinan, membantu kelahiran dan asuhan bayi bare lahir ada pada lampiran 6.
PENYIAPAN TEMPAT DAN LINGKUNGAN UNTUK KELAHIRAN BAYI
Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang berlebihan pada bayi bare lahir harus dimulai sebelum kelahiran bayi itu sendiri. Siapkan lingkungan yang sesuai bagi proses kelahiran bayi atau bayi bare lahir dengan memastikan bahwa ruangan tersebut bersih, hangat (minimal 250C), pencahayaan cukup, dan bebas dari tiupan angin(matikan kipas angin atau pendingin udara bila sedang terpasang). Bila ibu bermukim di daerah pegunungan atau beriklim dingin, sebaiknya disediakan minimal 2 selimut, kain atau handuk yang kering dan bersih untuk mengeringkan dan menjaga kehangatan tubuh bayi.
PERSIAPAN IBU DAN KELUARGA
Asuhan sayang ibu
• Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan dalam menjalani proses persalinan.
Alasannya : hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan (enkin, et al, 2000).
• Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan rangasangan taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara, dam memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya.
• Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka.
• Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani dua kala persalinan. Lakukan bimbingan dan tawarkan bantuan jika deperlukan.
• Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran (lihat gambar 3-1 sampai 3-3 untuk contoh sebagai posisi meneran).
• Setelah pembukaan lengakp, anjurkan ibu untuk meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan napas. Anjurkan ibu untuk beristirahat saat berkontraksi.
Alasan : meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernapas sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan resiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunnya pasokan oksigen melalui plasenta (Enkin, et al, 2000).
• Anjurkan ibu untuk minum selama kala dua persalinan.
Alasan : ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Cukupnya supan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut (Enkin, et al, 2000).
• Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala dua persalinan. Berikan rasa aman dan semangat serta tenteramkan haitnya selama proses ersalinan berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setaip kali penolong akan melakukannya, jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan (misalnya tekanan darah, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam).
MEMBERSIHKAN PERINEUM IBU
Praktik terbaik pencegahan infeksi pada kala dua diantaranya adalah melakukan pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang (DTT). Gunakan gulungan kapas atau kasa yang bersih, bersihkan mulai dari bagian atas ke arah bawah (dari bagian anterior vulva ke arah rektum) untuk mencegah kontaminasi tinja. Letakkan kain bersih di bawah bokong saat ibu mulai meneran. Sediakan kain bersih cadangan didekatnya. Jika keluar tinja saat ibu meneran, jelaskan bahwa hal ibu biasa terjadi. Bersihkan tinja tersebut dengan kain alas bokong atas tangan yang sedang menggunakan sarung tangan. Ganti kain alas bokong dan sarung tangan DTT. Jika tidak ada cukup waktu untuk membersihkan tinja karena bayi akan segera lahir maka sisihkan dan tutupi tinja tersebut dengan kain bersih.
MENGOSONGKAN KANDUNG KEMIH
Anjurkan ibu dapat berkemih setaip 2 jam atau lebi sering jika kandung kemih selalu terasa penuh. Jika diperlukan, bantu ibu untuk ke kamar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar mandi, bantu ibu agar dapat duduk dan berkemih di wadah penampung urin.
Alasan : kandung kemih yang penuh mengganggu penurunan kepala bayi, selain itu juga menambah rasa nyeri pada perut bawah, menghambat penatalaksanaan distosia bahu, menghalangi lahirnya plasenta dan perdarahan pasca persalinan.
Jangan melakukan kateterasi kandung kemih secara rutin sebelum atau setelah kelahiran bayi dan/atau plasenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi retensi urin dan ibu tidak mampu berkemih sendiri.
Alasan : selain menyakitkan, kateterisasi akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu.
AMNIOTOMI
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka perlu diperlukan tindakan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban yang keluarga saat dilakukan amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan (lihat lampiran I).
PENATALAKSANAAN FISIOLOGIS KALA DUA
Proses fisiologis kala duapersalinan diartikan sebagai serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri). Gejala dan tanda kala dua juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah di mulai. Setelah terjadinya pembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian beristirahat di antara kontraksi. Ibu dapat memilih posisi yagn nyaman, baik berdiri, berjongkok atau miring yang dapat mempersingkat kala dua. Beri keleluasaan untuk ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang dialaminya.
Pada masa sebelum ini, sebagian besar penolong akan segera memimpin persalinan dengan menginstruksikan untuk “menarik napas panjang dan meneran” segera setelah terjadi pembukaan lengkap. Ibu dipimpin meneran tanpa henti selama 10 detik atau lebih (“meneran dengan tenggorokan terkatup” atau manuver Valsava), tiga sampai empat kali per kontraksi (Sagady, 1995). Hal ini ternyata akan mengurangi pasokan oksigen ke bayi yang ditandai dengan menurunnya denyut jantung janin (DJJ) dan nilai Apgar yang lebih rendah dari normal (Enkin, et al, 2000). Cara meneran seperti tersebut diatas, tidak termasuk dalam penatalaksanaan fisiologis kala dua. Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu memegang kendali dan mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efeksi dan beneran. Harap diingat bahwa sebagian besar daya dorong untuk melahirkan bayi, dilahirkan oleh kontraksi uterus. Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk mengeluarakn bayi.
MEMBIMBING IBU UNTUK MENERAN
Bila tanda pasti kala dua telah diperoleh, tunggu sampai ibu merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi.
Mendiagnosa kala dua persalinan dan mulai meneran :
• Cuci tangan (gunakan sabun bersih dan air bersih yang mengalir).
• Pakai satu sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam.
• Beritahu ibu sat prosedur dan tujuan periksa dalam.
• Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap (10 cm), lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur PI (Lihat bab 2 : pedoman periksa dalam).
• Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan bu dan bantu ibu mencari posisi nyaman (bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan di sekitar ruang bersalin. Ajarkan cara bernapas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya (lihat pedoman fase aktif persalinan) dan catat semua temuan pada partograf.
• Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan belum saatnya untuk meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernapas cepat selama kontraksi berlangsung. Bantu ibu untu memeperoleh posisi yang nyaman dan beritahukan untuk menahan diri untuk meneran hingga penolong memberitahukan saat yang tepat untuk itu.
• Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan ilmiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan pada partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu daoat beristirahat di antara kontraksi.
• Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan untuk berjalan-jalan). Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan dorongan untuk meneran. Ajarkan cara bernapas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi (lihat pedoman fase aktif persalinan) dan catatkan semua temuan pada partograf.
Berikan cukup cairan dan anjurkan/perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit. Stimulasi putting susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi. Jika ibu ingin meneran, lihat petunjuk pada butir tujuh diatas.
• Jika ibu tetap ada dorongan untuk meneransetelah 60 menit pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk mulai meneran di setiap puncak kontraksi. Anjurkan ibu mengubah posisinya secara teratur, tawarkan air minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Lakukan stimulasi puting susu untuk memperkuat kontraksi.
• Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala bayi mungkin disebabkan oleh disproporsi kepala-pinggul (CPD).
POSISI IBU SAAT MENERAN
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini dapat membantu kemajuan persalainan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik.
Posisi duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberikan kemudahan baginya untuk beristirahat di antara kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gaya gravitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.
3. KALA TIGA DAN EMPAT PERSALINAN
BATASAN
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.
FISIOLOGI PERSALINAN KALA TIGA
Pada kala tiga persalinan, otot uterus (mionietriuni) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat pelekatan plasenta. Karena tempat pelekatan menjdi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke bawah vagina.
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di bawah ini :
• Perunahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah kesisi kanan).
• Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
• Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacetal pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
Ingat tiga tanda lepasnya plasenta :
1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus.
2. Tali pusat memanjang.
3. Semburan darah mendadak dan singkat.
MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA
Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah menghsailkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian disebabkan oleh atonia uteri dan rtensio plasenta yanng sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala tiga.
Penelitian Prevention of pospartum Hemorrhage Intervention-2006 tentang praktik manajemen aktif kala tiga (active Management of Third Stage of Labor/AMTSL) di 20 rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa hanya 30% rumah sakit melaksanakan hal tersebut. Hal ini sangat berbeda jika di bandingkan dengan praktik manajemen aktif di tingkat pelayanan kesehatan primer (BPS atau Rumah Bersalin) di daerah intervensi APN (Kabupaten Kuningan dan Cirebon) dimana sekitar 70% melaksanakan manajemen aktif kala bagi ibu-ibu bersalin yang ditangani. Jika ingin menyelamatkan banyak ibu bersalin maka sudah sewajarnya jika menajemen aktif kala tiga tidak ingin hanya dilatihkan tetapi juga dipraktikkan dan menjadi standar asuhan persalinan.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga :
• Persalinan kala tiga yang lebih singkat.
• Mengurangi jumlah kehilangan darah.
• Mengurangi kejadian retensio plasenta.
Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama :
• Pemberian suntikan oksitosin dalam satu menit pertama setelah bayi lahir.
• Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
• Masase fundus uteri.
PEMBERIAN SUNTIKAN OKSITOSIN
1. Serahkan bayinyang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI.
2. Letakkan kain bersih di atas oerut ibu.
Alasan : kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yagn sudah memakai sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh arah pada perut ibu.
3. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain (Undiagnosed twin).
4. Beri tahu ibu bahwa ia akan disuntik.
5. Segera (dalam satu menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 menit 1M pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis).
Alasan : oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah. Aspirasi sebelum penyuntikan aka mencegah penyuntikan oksitosin ke pembuluh darah.
Catatan : jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi puting susu atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan menyebabkan pelepasan oksitosin secara alamiah. Jika peraturan/program kesehatan memungkinkan, dapat diberikan misoprostol 600 mcg (oral/sublingual) sebagai pengganti oksitosin.
PENEGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI
1. Berdiri disamping ibu.
2. Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua) pacta tali pusat sekitar 5-20 cm dari vulva. Alasan : memegang tali pusat lebih dekat ek vulva akan mencegah avulsi.
3. Letakkan tangan yang lain pacta abdomen ibu (beralaskan kain) tepat diatas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan uterus pacta saat melakukan penegangan pacta tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke arab lumbal dan kepala ibu (doso-kranial). Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
4. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar dua atau tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali.
5. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.
6. Tetapi jika langkah 5 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan lakukan penegangan tali pusat.
a. Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.
b. Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan tekanan dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus.
7. Setelah plasenta terpisahanjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat denga arah sejajar lantai (mengikuti poros jala lahir).
Alasan : segera lepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus akan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
Jangan melakukan penegangan tali pusat tanpa diikuti dengan tekanan dorso-kranial secara serentak pada bagian bawah uterus (di atas simfisis pubis).
8. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah penampung. Karena sela[ut ketuban mudah robek ; pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembutputar plasenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
9. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban. Alasan : melahirkan plasenta dan selapunya dengan hati-hati akan membantu mencegah tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir.
10. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal dalam lahir saat melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan anda atau klem ke dalam DTT atau steril atau forsep untuk keluarkan selaput ketuban yang teraba.

Catatan :

picture






pErSaLlnaN

MEKANISME PERSALINAN NORMAL



Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Tanda-tanda persalinan sudah dekat adalah :
a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b. Perineum menonjol
c. Ibu kemungkinan merasa ingin BAB
d. Vulva vagina dan spinchter anus membuka
e. Jumlah pengeluaran lendir dan darah meningkat

Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.

Diameter Janin
1) Diameter biparietal, yang merupakan diameter melintang terbesar dari kepala janin, dipakai di dalam definisi penguncian (enggagment).
2) Diameter suboksipitobregmantika ialah jarak antara batas leher dengan oksiput ke anterior fontanel; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi kepala.
3) Diameter oksipitomental, yang merupakan diameter terbesar dari kepala janin; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi dahi.

Mekanisme Persalinan
Gerakan-gerakan utama anak dalam kelahiran ialah :
a.Turunnya kepala
b. Fleksi
c. Putaran paksi dalam
d. Ekstensi
e. Putaran paksi luar
f. Ekspulsi

Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi secara bersamaan.
a. Turunnya kepala
Turunnya kepala dibagi dalam :
1) masuknya kepala dalam pintu atas panggul
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Apabila sutura sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat diantara symphysis dan promotorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus.

Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati promotorium, maka dikatakan asynclitismus. Dikatakan asynclitismus posterior, ialah kalau sutura sagitalis mendekati symphysis dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan, dan dikatakan asynclitismus anterior ialah kalau sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan.

2) majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu : fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi.

Penyebab majunya kepala antara lain :
(a) tekanan cairan intrauterin
(b) tekanan langsung oleh fundus pada bokong
(c) kekuatan mengejan
(d) melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim.

b. Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito frontalis (11 cm).

Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi.

c. Putaran paksi dalam
Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan dan ke bawah symphysis.

Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar panggul.

Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah :
1) pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala
2) bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m. levator ani kiri dan kanan.
3) ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.

d. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.

Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomochlion.

e. Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan = putaran paksi luar).

Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber isciadicum sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter biacromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.

f. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

1. Manuaba, Ida bagus Gde, (1998), Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC
2. Mochtar, Rustam, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 1 Edisi 2, Jakarta : EGC
3. Moore, Hacker, (2001), Esensial Obstetri & Ginekologi, Jakarta : Hipokrates.
4. Prawirohardjo, Sarwono, (2002), Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBPSP

gizi


  1. PRINSIP GIZI PADA WANITA REMAJA DAN DEWASA

Periode adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (grow spurt, baik tinggi maupun berat badannya. Kebutuhan zat gizi sangat berhubungan dengan besarnya tubuh, hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan yang cepat.

Nutrisi untuk Remaja

Penelitian menunjukkan bahwa remaja dan anak makan dengan persentase total kalori yang sama dalam karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah waktu makan yang ditunda dan makan di luar rumah meningkat mulai awal remaja sampai remaja akhir. Terdapat peningkatan asupan makan siap saji yang cenderung mengandung lemak, kalori, natrium tinggi, dan rendah asam folat, serat dan vitamin A. Karakteristik pertumbuhan dan implikasi nutrisi untuk remaja adalah :
• Periode maturasi yang cepat pada fisik, emosi, social dan seksual
• Pertumbuhan mulai pada waktu ruang berbeda pada remaja yang berbeda.
• Karenanya usia fisiologik adalah indicator yang lebih valid daripada usia kronologik
• Biasanya pertumbuhan cepat pada remaja putri pada usia 10-11 tahun, puncaknya pada usia 12 tahun, dan selesai pada usia 15 tahun.
• Remaja putri mengalami deposisi lemak , khususnya di abdomen dan lingkar panggul
• Pelvis melebar dalam persiapan untuk hamil
• Remaja putri sedikit mengalami pertumbuhan jaringan otot dan tulang disbanding remaja putra
• Biasanya pertumbuhan remaja putra pada usia 12-13 tahun , puncaknya pada usia 14 tahun dan selesai pada usia 19 tahun., remaja putra mengalami peningkatan massa otot, jaringan tanpa otot dan tulang


Nutrisi untuk dewasa
Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan yang baik yang diperlakukan mulai dari awal kehidupan akan meningkatkan pemulihan kesehatan pada masa dewasa. Perubahan yang diprediksi pada fisiologik dan fungsi, pendapatan dan kesehatan dan kesejahteraan psikososial dikaitkan dengan penuaan, meskipun laju dan waktu kejadiannya bervariasi di antara perubahan komposisi tubuh dan kebutuhan energi, perubahan oral.

Perlu diketahui bahwa permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan terdapat perbedaan secara individual.
Golongan umur Berat badan Tinggi badan Energy Protein
13-15 tahun 40 kg 152 cm 2220 kkal 57 gram
16-19 tahun 53 kg 160 cm 2360 kkal 62 gramsa

STANDAR KEBUTUHAN GIZI UNTUK MASA REMAJA
Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang.
Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara antropometri. Kekurangan kadar hemoglobin atau anemi ditentukan dengan pemeriksaan darah. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja.
Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR, penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja menderita/mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain Anemi dan IMT kurang dari batas normal atau kurus. Prevalensi anemi berkisar antara 40%-88%, sedangkan prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar antara 30%-40%. Banyak faktor yang menyebabkan masalah ini. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi masalah gizi tersebut membantu upaya penanggulangannya dan lebih terpengaruh dan terfokus. Sumber:

Standar kebutuhan gizi masa dewasa
Jumlah kebutuhan energi seseorang pada dasarnya berbeda tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, dan aktifitas seseorang. Sebagai contoh, seseorang laki-laki dewasa (20 – 59 tahun) dengan barat badan 62 kg, tinggi 165 cm dan aktifitas sedang membutuhkan energi kurang lebih 3000 kilo kalori, sedangkan bila wanita dewasa berat 54 kg tinggi 156 cm dengan aktifitas sedang membutuhkan 2250 kilo kalori. Apabila orang yang sama dengan aktifitas lebih berat, maka kebutuhan bagi laki-laki sebesar 3600 kilo kalori dan wanita 2600 kilo kalori.


2.gizi pada bayi dan balita


Semua zat gizi tentu penting untuk tumbuh-kembang otak anak. Tetapi beberapa zat gizi esensial sangat dibutuhkan agar otak bayi dan balita berkembang optimal!

Proses perkembangan sel otak berlangsung sejak janin masih dalam kandungan. Proses ini dipengaruhi oleh status nutrisi sang ibu. Apabila kurang salah satu zat gizi, misalnya asam folat (B 9) terjadi pada 4 minggu sesudah pembuahan, maka janin akan mengalami gangguan perkembangan otak. Itulah sebabnya, ibu hamil harus memperhatikan asupan makanan, terutama kecukupan dan komposisi gizi. Demikian pula, ibu menyusui.
Proses tumbuh-kembang otak tak berhenti hanya sampai ketika anak lahir. Setelah lahir sampai umur 2 tahun, otak bayi mengalami proses pertumbuhan yang luar biasa. Ada beberapa zat gizi yang diperlukan anak untuk membantu perkembangan otaknya:
·                     Asam lemak tak jenuh
Sumber makanannya berasal dari ASI, aneka jenis ikan (tenggiri dan tuna), sayuran berwarna hijau, minyak nabati.
·                     Kalori dan protein
Sumber makanannya berasal dari daging sapi, daging ayam, ikan, telur, minyak ikan, tempe dan tahu.
·                     Zat besi
Sumber makanan berasal dari hati, daging merah, telur, ikan, padi, gandum, sayuran hijau.
·                     Kelompok vitamin B
Sumber makanannya berasal dari padi, gandum, aneka kacang, ikan, daging hewan tanpa lemak, olahan susu dan aneka sayuran.
·                     Seng
Sumber makanannya berasal dari daging, hati ayam, seafood, susu, kacang-kacangan dan biji-bijian.
Pemberian makanan yang cukup dan seimbang akan memenuhi kebutuhan gizinya. Memenuhi kebutuhan gizi bayi dan balita sama dengan memenuhi hak anak untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal. Tentu Anda takkan mengabaikannya!

diet

The Food We Eat Influences The Blood Glucose Level




People with diabetes need to control their blood glucose closer to normal level. Whether they are patients of type 1 or type 2 diabetes, they must know it everyday. Our blood glucose is normal if it is between 70 and 110 mg/dl measured at 8 hours fasting. But it is not easy for patients of diabetes to keep their blood glucose at these levels. It is realistic if we can control our fast blood glucose and 2 hours after meal to be under 200 mg/dl. If the level is too low (typically less than 70), patients will experience hypoglycemia. In this condition, patients will tremble, feel weak and very hungry. Sweet food or drinks such as sprite and fanta or coca cola coke soft-drinks, fruit juice, biscuits or glucose tablets will be needed to raise the blood sugar level. If the blood sugar level is too high, then insulin injection is needed to lower it. Fast-acting carbohydrate such as apple or orange juice, grapes and regular soda can raise our blood glucose back to normal.

            The levels of blood glucose are not always the same after meal. They depend on the kind of foods that we usually eat. If we measure them by ourselves, we will able to understand why our blood glucose is rising or falling. We can also know when the level is at its highest point or at its lowest point. Then, we will be able to take action to balance it.
            The food that we eat will certainly raise our blood glucose. One to two hours after meal, the blood glucose will rise to its highest level. So, we have to measure the amount of food that we eat. We need to control our daily meal, and our lunch, and dinner time so that we will be able to know when and how our blood glucose rises or falls. By doing that, we will be able to adjust the amount of insulin injection or medicine that we need to overcome hyperglycemia.

            Various kinds of food causes various blood sugar level glucose level. Our food contains carbohydrate, protein, and fat. These three components raise the But carbohydrate is the strongest component that raises the
glucose level. by Charles Roring





















Vitamins D and The Diet

Vitamin D helps bones and muscles grow strong and healthy. Low levels of vitamin D can lead to problems like rickets and osteoporosis. Rickets is a deformity mainly found in children. Osteoporosis is the thinning of bone, a common problem as people, especially women, get older.
Vitamin 
D
Studies in recent years have suggested that vitamin D may also have other uses. Studies have shown that low levels of D may increase the risk of heart attacks in men and deaths from some cancers. Other studies have shown that people with rheumatic diseases often have low levels of D.
The easiest way to get vitamin D is from sunlight. The ultraviolet rays react with skin cells to produce the vitamin. But many people worry about skin cancer and skin damage from the sun.
Also, darker skinned people produce less vitamin D than lighter skinned people. Production also decreases in older people and those living in northern areas that get less sunlight.
Not many foods naturally contain vitamin D. Foods with high levels include oily fish such as salmon, tuna and mackerel, and fish liver oils. Boston University researchers reported in two thousand seven that farmed salmon had a lot less vitamin D than wild salmon.
Small amounts of D are found in beef liver, cheese and egg yolks. And some people take dietary supplements containing the vitamin. But most of the D in the American diet comes from foods like milk with the vitamin added.
These days, more doctors are testing for vitamin D levels in their patients. But as research continues, some experts worry that if people take too much D, it might act as a poison. Also, skin doctors warn people to be careful with sun exposure.
How much vitamin D does a healthy person need? Nutrition experts who advise the American government set the current recommendations in nineteen ninety-seven. The daily amount is two hundred international units from birth through age fifty. Then it rises to four hundred I.U.s through age seventy, and six hundred for those seventy-one and older. But some groups say these amounts are not high enough.




















The Relation Between Diabetes and Blood Sugar


18026The most important thing which patients of diabetes must do is learning how to control their blood sugar. Food consists of protein, carbohydrates, fat, and also fiber. All of us have to combine these elements in ratio that is suitable for our bodies. Everybody has his or her own food ratio. Next time, if we want to eat something, we can start making changes in our food intake ratio. One or two hours after eating our foods, we can measure our blood glucose level. Make sure that it is within the allowable range. If it is always above 200 mg/dl, it means we have suffered from diabetes.
Glucose always exists in our blood. Our body needs it as fuel to function well. Glucose is a simple form of sugar. It is derived from the food which we consume everyday. When the food has reached the stomach, it will be digested and processed. Carbohydrates, protein, and fat from our food are processed by our digestive system to generate energy. Excessive energy is changed into fat. Glucose can easily be obtained from carbohydrates.
soba-noodle-dish
Foods that are categorized as the source of carbohydrates are bread, rice, grains, pasta and fruit. Some foods such as palm sugar and refined sugar are classed as simple carbohydrates whereas others such as grains and tubers are classed as complex carbohydrates. Foods such as honey, white rice, French bread release their energy quickly. They have high glycaemic value. If we plan to work hard during the day, we will need such foods to supply us with sufficient energy so that we will not become weak during and after work. However, if what we do are typing and filing, we should choose foods which contain low glycaemic value such as oats, basmati rice and raw carrots.
When we eat foods of high glycaemic value but we don't work hard, the excessive amount of sugars that are released will be stored in our body. To do this we need the insulin. This hormone is produced by pancreas. Insulin maintains our blood sugar to an acceptable level. If we always eat high glycaemic foods, we will need more insulin. More insulin is also needed if we frequently drink alcohol. Eating fast-releasing energy foods such as cereal, a cup of coffee or apple juice will cause our blood sugar rises rapidly. It will trigger the release of insulin.
Pancreas may become exhausted. Failure of insulin producing cells in the islets of Langerhans of pancreas leads to diabetes. To avoid this disease, we need to balance our foods so that they will not always bring pressures to pancreas. Our meal should be the combination of foods that contain complex carbohydrates, fiber and some protein.







Gestational Diabetes

If your blood sugar level first becomes too high when you are pregnant, you have gestational diabetes . It usually goes back to normal after the baby is born.
High blood sugar can cause problems for you and your baby. Your baby may grow too large, which can cause problems during delivery. Your baby may also be born with low blood sugar. But with treatment, most women who have gestational diabetes are able to control their blood sugar and give birth to healthy babies.
Women who have had gestational diabetes are more likely than other women to develop type 2 diabetes later on. You may be able to prevent or reduce the severity of type 2 diabetes by staying at a healthy weight, eating healthy foods, and increasing your physical activity.

What causes gestational diabetes?

The pancreas makes a hormone called insulin . Insulin helps your body properly use and store the sugar from the food you eat. This keeps your blood sugar level in a target range . When you are pregnant, the placenta makes hormones that can make it harder for insulin to work. This is called insulin resistance .
A pregnant woman can get diabetes when her pancreas cannot make enough insulin to keep her blood sugar levels within a target range.

How is gestational diabetes diagnosed?

Almost all women are tested for gestational diabetes between the 24th and 28th weeks of pregnancy. If your doctor thinks you are more likely to get gestational diabetes, you may be tested earlier.
Gestational diabetes is diagnosed with two blood tests. In the first test, your blood sugar level is tested 1 hour after you drink a small cup of a sweet liquid. If your blood sugar is too high, you will need to do a longer, 3-hour glucose test. If your blood sugar goes above a certain level, you have gestational diabetes.

How is it treated?

Some women with gestational diabetes can control their blood sugar level by changing the way they eat and by exercising regularly. These healthy choices can also help prevent gestational diabetes in future pregnancies and type 2 diabetes later in life.
Treatment for gestational diabetes also includes checking your blood sugar level at home and seeing your doctor regularly.
You may need to give yourself insulin shots to help control your blood sugar. This man-made insulin adds to the insulin that your body makes.

Cause

During pregnancy, an organ called the placenta develops in the uterus . The placenta connects the mother and baby and makes sure the baby has enough food and water. It also makes several hormones. Some of these hormones make it hard for insulin to do its job—controlling blood sugar—so the mother's body has to make more insulin to keep sugar levels in a safe range. Gestational diabetes develops when the organ that makes insulin, the pancreas , cannot make enough insulin to keep blood sugar levels within a target range.

Symptoms

Because gestational diabetes does not cause symptoms, you need to be tested for the condition. This is usually done between the 24th and 28th weeks of pregnancy. You may be surprised if your test shows a high blood sugar. It is important for you to be tested for gestational diabetes, because high blood sugar can cause problems for both you and your baby.
Sometimes, a pregnant woman has been living with diabetes without knowing it. If you have symptoms from diabetes, they may include:
  • Increased thirst.
  • Increased urination.
  • Increased hunger.
  • Blurred vision.
Pregnancy causes most women to urinate more often and to feel more hungry, so having these symptoms does not always mean that a woman has diabetes.  Talk with your doctor if you have these symptoms, so that you can be tested for diabetes.  

What Happens

Most women find out they have gestational diabetes after being tested between the 24th and 28th weeks of their pregnancy. After you know you have gestational diabetes, you will need to make certain changes in the way you eat and how often you exercise to help keep your blood sugar level within a target range . As you get farther along in your pregnancy, your body will continue to make more and more hormones. This can make it harder and harder to control your blood sugar. If it is not possible to control your blood sugar with food and exercise, you may also need to give yourself shots of insulin.
Just because you have diabetes does not mean that your baby will have diabetes. Most women with gestational diabetes give birth to healthy babies. If you are able to keep your blood sugar level within a target range, your chances of having problems during pregnancy or birth are the same as if you didn't have gestational diabetes.
In rare cases, a mother or her baby has problems because of high blood sugar. These problems include:
  • High blood pressure in the mother caused by preeclampsia .
  • A baby that grows too large. If an unborn baby receives too much sugar, the sugar can turn into fat, causing the baby to grow larger than normal. A large baby can be injured during vaginal birth and may need to be delivered surgically ( C-section ).
  • After the baby is born, the extra insulin may cause the baby's blood sugar level to drop below the target range. If the baby's blood sugar level drops too low, he or she may need to be given extra sugar. Babies can also develop other treatable problems after birth, including low blood calcium levels, high bilirubin levels, and too many red blood cells.
Most of the time, gestational diabetes goes away after a baby is born. But if you have had gestational diabetes, you have a greater chance of having it in a future pregnancy and of developing type 2 diabetes . More than half of women who develop gestational diabetes will develop type 2 diabetes later in life.

What Increases Your Risk

You have an increased chance of developing gestational diabetes if:
  • You are 25 or older when you become pregnant.
  • You have had gestational diabetes before.
  • You have given birth to a baby who weighed more than 9 lb (4 kg).
  • You weighed more than 9 lb (4 kg) when you were born.
  • You have a parent or sibling who has type 2 diabetes .
  • You are not physically active before pregnancy.
  • You are obese (your body mass index [BMI] is 30 or higher).
  • You are a member of a racial group or ethnic group that has a high risk of diabetes.
  • You have polycystic ovary syndrome .
  • You have a dark skin rash called acanthosis nigricans on the back of your neck or in folds on your body.
  • You take corticosteroid medicine.
  • You have a history of prediabetes.
  • You have a history of problems during pregnancy.

When to Call a Doctor

Call your doctor if you have gestational diabetes and:
  • You notice a change in the pattern of fetal movements called kick counts , or you stop having them.
  • You are taking insulin and you have not talked with your doctor about how to deal with low blood sugar levels.
  • Your blood sugar level does not rise above 70 mg/dL after following the steps for dealing with low blood sugar.
  • Your blood sugar level is above normal and you have not talked with your doctor about how to deal with high blood sugar.
  • You are taking insulin and your blood sugar level stays high after taking a missed dose of insulin or taking an extra dose of insulin (if prescribed by your doctor).
  • You have problems with high or low blood sugar levels. If you are taking insulin, you may need to change how much you are taking.
  • You are sick for more than 2 days (unless it is a mild illness, such as a cold) and you:
    • Have been throwing up or have had diarrhea for more than 6 hours.
    • Think your symptoms, such as feeling very thirsty and weak, are being caused by high blood sugar.
    • Have tried the home treatments suggested by your doctor, and they have not worked.
    • Have blood sugar levels consistently above your target range.
You should also call your doctor if you think you have symptoms of high blood sugar, such as increased thirst, increased urination, increased hunger, and blurred vision.

Watchful Waiting

Watchful waiting is a wait-and-see approach. If you get better on your own, you won't need treatment. If you get worse, you and your doctor will decide what to do next. Watchful waiting is not appropriate if you are pregnant and have risk factors for or symptoms of gestational diabetes.
Watchful waiting also is not appropriate if you are taking insulin and have symptoms of low blood sugar that do not go away after following the steps for dealing with low blood sugar.

Who to See

Health professionals who can diagnose and treat gestational diabetes include:
If you need insulin shots, you may see a specialist called an endocrinologist or a doctor who specializes in high-risk pregnancies called a perinatologist . After a visit with a specialist, you can usually return to the care of your regular doctor.
After you are diagnosed with gestational diabetes, you may be referred to other health professionals who can help you understand what gestational diabetes means. These may include:
  • A certified diabetes educator (CDE). A CDE is a registered nurse, dietitian, doctor, pharmacist, or other health professional who has training and experience in caring for people who have diabetes. A CDE can help you understand how to take care of yourself and help you adjust to living with gestational diabetes.
  • A registered dietitian . All women who have gestational diabetes need to see a dietitian for help choosing the best foods. Follow-up visits with a dietitian are helpful if you need to change your eating habits.

Exams and Tests

Almost all women are tested for gestational diabetes between the 24th and 28th weeks of pregnancy. If your doctor thinks you are at increased risk for gestational diabetes, you may be tested earlier.
Gestational diabetes is diagnosed with an oral glucose tolerance test . Your blood sugar is tested 1 hour after you drink a small cup of a sweet liquid. If your results from this test come back high, you will need to do a second test—a longer, 3-hour glucose test. In this test, you cannot eat or drink anything except water for at least 8 hours. After fasting, your blood sugar level will be tested. Then you will drink a small cup of sweet liquid and have your blood sugar tested every hour for at least 3 hours. If your blood sugar levels come back high on two or more of these tests, you have gestational diabetes.

Early detection

The first time you see your doctor after you become pregnant, your doctor will determine your risk for gestational diabetes. If you are considered high-risk because you have had gestational diabetes before, are obese, have a strong family history of type 2 diabetes, or have sugar in your urine, you will be tested right away.
Most women are tested between the 24th and 28th weeks of pregnancy. Some pregnant women are at low risk for gestational diabetes and may not need to be tested.
  • You are younger than 25 when you become pregnant.
  • You have not had gestational diabetes before.
  • You have no family history of type 2 diabetes .
  • Your body mass index [BMI] is less than 25.
  • You are not a member of a racial group or ethnic group that has a high risk of diabetes, such as Latin Americans, Native Americans, Asian Americans, African Americans, or Pacific Islanders
  • You do not have polycystic ovary syndrome .
Experts debate whether all pregnant women need to be tested for gestational diabetes. The US Preventive Services Task Force has found insufficient evidence to recommend screening women who have no risk factors for gestational diabetes. 3 But most doctors routinely test all pregnant women who are in their care.

Tests during pregnancy

If you have gestational diabetes, your doctor will check your blood pressure at every visit. You will also have certain tests throughout your pregnancy to check your and your baby's health. These tests include:
  • Home blood sugar monitoring . Testing your blood sugar at home every day helps you know if your blood sugar level is within a target range. You may need to give yourself insulin shots to help control your blood sugar.
  • Fetal ultrasound . This test may be used to see if you need insulin or to estimate the age, weight, and health of your baby. The ultrasound test also can measure the size of your baby's head and abdomen. This measurement along with other information can be used to help your doctor decide on your care. If your doctor thinks your baby is bigger than normal for his or her gestational age, then your doctor may decide you need to start taking insulin. Taking insulin when you have gestational diabetes will stop your baby from growing too big. Keep in mind that ultrasounds cannot always accurately estimate how much your baby weighs or whether there are other problems.
  • Nonstress test . A nonstress test can help you know how well your baby is doing by checking your baby's heartbeat in response to movement.  
Some doctors may recommend you have a hemoglobin A1c (glycosylated hemoglobin) or a similar test every month during your pregnancy. The A1c test estimates your average blood sugar level over the previous weeks to months.

Tests during labor and delivery

During labor and delivery, you and your baby will be monitored very closely.
  • Fetal heart monitoring is used to see how well your baby is doing while you are in labor.
  • Blood sugar tests are done regularly to make sure your blood sugar level is within a target range.

Tests after delivery

After your baby is born, your blood sugar level will be checked several times. Your baby's blood sugar level will also be checked several times within the first few hours after birth. One to 3 days after delivery, you will have a fasting or random OGTT .
Most likely, your gestational diabetes will go away after your baby is born. But because you are at risk for type 2 diabetes , you should have a glucose tolerance test about 6 weeks after delivery and a fasting blood sugar level at least once a year. Your doctor may recommend that you have additional glucose tolerance testing if your fasting blood glucose levels are normal or only slightly elevated.

Follow-up

Even though your gestational diabetes will probably go away after your baby is born, you are at risk for gestational diabetes again and for type 2 diabetes later in life. More than half of women who develop gestational diabetes will develop type 2 diabetes later in life.
To make sure your blood sugar level stays within a target range, your doctor may instruct you to continue checking your blood sugar levels at home for a while. You will also have a follow-up glucose tolerance test 6 to 12 weeks after your baby is born or after you stop breast-feeding your baby. If the results of this test are normal, you will still need to have a fasting blood sugar test at least every 3 years. Even if your sugar level is normal, you are at increased risk of developing diabetes in the future. Eating a healthy diet and getting regular exercise can help prevent type 2 diabetes.
If you want to get pregnant again, you should be tested for diabetes both before you become pregnant and early in your pregnancy.

Treatment Overview

Finding out that you have gestational diabetes can be scary. It can be reassuring to know that most women who have gestational diabetes give birth to healthy babies and that you are the most important person in promoting a healthy pregnancy.
Treatment for gestational diabetes involves making healthy choices. Most women who make changes in the way that they eat and how often they exercise are able to keep their blood sugar level within a target range . Controlling your blood sugar is the key to preventing problems during pregnancy or birth.
You, your doctor, and other health professionals will work together to develop an treatment plan just for you. You do not need to eat strange or special foods. But you may need to change what, when, and how much you eat. You also do not need to start a fancy exercise program or join an expensive gym. Walking several times a week can really help your blood sugar.
The lifestyle changes you make now will help you have a healthy pregnancy and prevent diabetes in the future. As you start making these changes, you will learn more about your body and how it reacts to food and exercise. You may also notice that you feel better and have more energy.

During pregnancy

Treatment for gestational diabetes during pregnancy includes:
  • Eating a balanced diet . After you find out that you have gestational diabetes, you will meet with a registered dietitian to create a healthy eating plan . You will learn how to limit the amount of carbohydrate you eat as a way to control your blood sugar. You may also be asked to write down everything you eat and to keep track of your weight.
  • Getting regular exercise . Try to do at least 2½ hours a week of moderate exercise. One way to do this is to be active 30 minutes a day, at least 5 days a week. It's fine to be active in blocks of 10 minutes or more throughout your day and week. Regular, moderate exercise during pregnancy helps your body use insulin better and helps control your blood sugar level. If you have never exercised regularly or were not exercising before you became pregnant, talk with your doctor before you start exercising. Low-impact activities, such as walking or swimming, are especially good for pregnant women. You may also want to try special exercise classes for pregnant women.
  • Checking blood sugar levels . An important part of treating gestational diabetes is checking your blood sugar level at home. Every day, you will do a home blood sugar test one or more times. It may be overwhelming to test your blood sugar so often. But knowing that your level is within a target range can help put your mind at ease. Talk to your doctor about how often to test your blood sugar.
  • Monitoring fetal growth and well-being . Your doctor may want you to monitor fetal movements called kick counts and let him or her know if you think your baby is moving less than usual. You may also have fetal ultrasounds to see how well your baby is growing. If your baby is growing larger than normal, you may need insulin shots to keep your blood sugar within a target range. If you take insulin, you may have a nonstress test to check how well your baby's heart responds to movement. Even if you do not take insulin, you may have a nonstress test and ultrasound as you get closer to your due date.
  • Getting regular medical checkups  Having gestational diabetes means regular visits to your doctor. At these visits, your doctor will check your blood pressure and test a sample of your urine. You will also discuss your blood sugar levels, what you have been eating, how much you have been exercising, and how much weight you have gained.
  • Taking insulin shots . The first way to treat gestational diabetes is by changing the way you eat and exercising regularly. If your blood sugar levels are still too high after changing the way you eat and exercising regularly, you may need insulin shots. Man-made insulin can help lower your blood sugar level without harming your baby.
In general, it is not a good idea to diet while you are pregnant. Most doctors recommend that women gain 25 lb (11.3 kg) to 35 lb (15.9 kg) during pregnancy. But if you are overweight or obese , your doctor may recommend that you eat less and gain less weight than other pregnant women. Overweight or obese women have a higher risk for developing high blood pressure and a blood circulation problem called preeclampsia .
Most doctors will recommend that you breast-feed your baby, if possible. Breast-feeding can help prevent your child from becoming overweight, which may reduce his or her chances of developing diabetes. If you are breast-feeding, be sure to continue checking your blood sugar levels.

During labor and delivery

During labor and delivery, you and your baby are monitored closely. This includes:
  • Checking your blood sugar level regularly. If your level gets too high, you may be given small amounts of insulin through a vein (intravenously, or IV). If your level drops too low, you may be given IV fluid that contains glucose.
  • Checking your baby's heart rate and how well your baby's heart responds to movement. Fetal heart monitoring helps your doctor know how your baby is doing during labor. If the baby is large or does not seem to be doing well, you may need to have a C-section to deliver your baby. But most women who have gestational diabetes deliver their babies naturally.

After delivery

After delivery, you and your baby still need to be monitored closely.
  • For the first few hours, your blood sugar level may be tested every hour. Usually blood sugar levels quickly return to normal.
  • Your baby's blood sugar level will also be monitored. If your blood sugar levels were high during pregnancy, your baby's body will make extra insulin for several hours after birth. This extra insulin may cause your baby's blood sugar to drop too low ( hypoglycemia ). If your baby's blood sugar level drops too low, he or she may need extra sugar, such as a sugar water drink or glucose given intravenously.
  • Your baby's blood may also be checked for low calcium, high bilirubin , and extra red blood cells.

Prevention

In some women, gestational diabetes cannot be prevented. But you may be able to lower your chance of getting gestational diabetes by staying at a healthy weight and not gaining too much weight during pregnancyRegular exercise can also help keep your blood sugar level within a target range and prevent gestational diabetes. .
If you have had gestational diabetes, you are at risk of developing it again in a future pregnancy. You are also at risk for type 2 diabetes , a permanent type of diabetes. One of the best ways to prevent developing gestational diabetes again is to stay at a healthy weight.


 

Benefits of Olive Oil


Controls Diabetes Kontrol Diabetes
Diabetics or those at risk for diabetes are advised to combine a low-fat, high- carbohydrate diet with olive oil. Studies show this combination is superior at controlling blood sugar levels compared to a diet that consists entirely of low-fat meals. Adding olive oil is also linked to lower triglyceride levels. Many diabetics live with high triglyceride levels which put them at risk for heart disease.












Health Benefits of Bitter Gourd

 

Diabetes: The bitter gourd is particularly used as a remedy for diabetes because of its hypoglycemic action. It contains insulin -like peptides, alkaloids and charantin, all of which act together to lower blood and urine sugar levels without increasing blood insulin levels. These compounds activate a protein called AMPK, which is well known for regulating fuel metabolism and enabling glucose uptake, processes which are impaired in diabetics.
Kesehatan Manfaat Labu Bitter (Karela)
You can take the juice of 4-5 bitter gourds every morning on an empty stomach, add seeds in powdered form to food or prepare a decoction by boiling the pieces of this fruit in water. If you are taking  medications to lower your blood sugar, adding bitter gourd might make your blood sugar drop too low. Monitor your blood sugar carefully.                                                                





The Protein and Fiber In Soybeans

Stabilize Blood Sugar
Another condition for which soybeans can be very beneficial is diabetes, particularly type 2 diabetes. The protein in soybeans, and also in other legumes, is excellent for diabetic patients, who tend to have problems with animal sources of proteinThe protein and fiber in soybeans can also prevent high blood sugar levels and help in keeping blood sugar levels under control. Some diabetics even find that the effects of soybeans and other legumes on blood sugar are so profound that they need to monitor their new blood sugar levels and adjust their medications accordingly.